TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah akan meneken proyek Inisiatif Sabuk Satu Jalan atau one belt one road atau OBOR. Kerja sama OBOR ini diinisiasi oleh Cina dengan tujuan membuka keran konektivitas dagang antar-negara di Eropa dan Asia melalui jalur sutra maritim.
BACA: Proyek One Belt One Road Cina di Indonesia Rp 1.288 T, Apa Saja?
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tahap pertama proyek skala besar dari inisiatif One Belt One Road Cina akan ditandatangani pada April 2019.
Dalam pertemuan Global Maritime Fulcrum Belt And Road Initiatives (GMF –BRI), Cina sudah menyiapkan rancangan Framework Agreement untuk bekerja sama di Kuala Tanjung, Sumatra Utara (Sumut) sebagai proyek tahap pertama. Selanjutnya, ada beberapa tahap proyek kerja sama lain yang telah disepakati seperti Kawasan Industri Sei Mangkei dan kerja sama strategis pada Bandara Internasional Kualanamu untuk tahap kedua.
BACA: One Belt One Road Cina Diklaim Untungkan RI, Apa Kata Menperin?
Kemudian, pengembangan energi bersih di kawasan Sungai Kayan, Kalimantan Utara, pengembangan kawasan ekonomi eksklusif di Bitung, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kura-Kura Island di Bali. “Tahap pertama hampir selesai dengan nilai proyek beberapa miliar dolar AS yang akan ditandatangani pada waktunya dalam satu bulan ke depan,” ujar Luhut, Kamis malam, 21 Maret 2019.
Proyek OBOR Cina diyakini dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia. Dari 28 kerja sama antara Indonesia dan Cina dalam kerangka tersebut, nilainya mencapai US$91 miliar, atau lebih dari Rp 1.288 triliun.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Enny Sri Hartati menilai, Indonesia tak keliru mendukung pembangunan OBOR—atau yang lebih anyar disebut Belt and Road Initiative atau BRI. Enny mengatakan proyek tersebut akan mempercepat pertumbuhan ekonomi bila negara menyikapi dengan tepat.
Menurut Enny, sejalan dengan proyek OBOR, Indonesia harus siap meningkatkan produktivitas dan mengupayakan laju investasi. “Artinya, kalau kita ingin memperluas pasar, hal yang utama dan pertama harus dilakukan adalah meningkatkan produktivitas dulu,” ujarnya kala dihubungi Tempo pada Rabu, 27 Maret 2019.